“Hadis ini dinyatakan shahih (ditash-hih) oleh syaikh Al Baani, hadis itu dinyatakan lemah (ditadh’if) oleh syaikh Al Baani.” Dua diksi ini adalah diantara diksi sering diangkat oleh mereka yang berbeda pendapat dengan beliau, raḥimahullāh.
Inti kritikan mereka adalah Syaikh al-Albani dianggap telah melampaui batas dengan menempatkan dirinya di atas ulama hadis terdahulu dalam hal penentuan status hadis.
Di waktu lain, mereka membaca ulasan imam nawawi (w. 676 H) mengomentari validitas hadis yang tengah dibahasnya dalam berbagai karya beliau, mereka membaca ulasan Ibnu As Salaah (w. 643 H); menshahihkan dan mendhaifkan hadis, sementara jarak mereka dengan "Era Periwayatan" utama (abad ke-3 H) terpaut ratusan tahun; adakah pertanyaan yang sama akan diajukan kepada imam An Nawawi dan Ibnu As Shalah rahimahumallah? Faktanya, para Imam terdahulu juga mensahihkan dan mendhaifkan hadis. Syaikh al-Albani dan ulama-ulama kontemporer yang telah wafat dan yang alhamdulillah masih hidup hingga hari ini hanyalah melanjutkan tugas mulia ini dengan menerapkan kaidah-kaidah ilmu hadis yang sama, yang mereka pelajari dari para pendahulu.
Point yang perlu diingat bahwa taṣḥīḥ dan taḍʻīf adalah hukum ijtihadi yang akan tetap ada selama ijtihad masih berlangsung. Dan ijtihad adalah pintu yang akan terus terbuka bagi para ulama hingga tiba hari kiamat. Sedang Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; “Para ulama itu adalah pewaris sekalian nabi.”.
Maka bagi para ulama yang telah mewaqafkan usia mereka bersama karya-karya monumental dari para ulama pendahulunya dalam meneliti dan menyaring hadis, serta mempelajari dan menggali hukum-hukum agama dari lembaran-lembaran kitab tersebut; mereka pantas mendapatkan apresiasi tertinggi atas usaha mereka yang monumental.
Meski sebagai makhluk mereka tidak akan pernah luput dari berbagai keliru, namun sebagaimana pernyataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Bagi yang benar dapat dua pahala dan bagi yang keliru dapat satu pahala”.
Semoga Allah merahmati imam Nawawi dan Imam Ibnu As Salah, merahmati Syaikh Al Baani, Syaikh Syu'aib al-Arnauṭ, Syaikh Abdul Qādir al-Arnāʼūṭ, Syaikh Ḥammād bin Muḥammad al-Anṣārī, dan sederetan nama besar ulama lainnya, baik yang semasa, sebelum atau setelah mereka, ‘rahimahumullah wa jazaahumullahu khairan’.